12 Ciri Wanita Shalihah Menurut Quran dan Hadits
Posted in islam
Hushain bin Mihshan berkata: "Bibiku berkisah padaku,
ia berkata: "Aku pernah mendatangi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam karena suatu kebutuhan, beliaupun bertanya:"Wahai wanita, apakah
engkau telah bersuami?" "Iya," jawabku. "Bagaimana engkau
terhadap suamimu?" tanya beliau. "Aku tidak mengurang-ngurangi dalam
mentaatinya dan berkhidmat padanya, kecuali apa yang aku tidak mampu
menunaikannya," jawabku."Lihatlah di mana keberadaanmu terhadap
suamimu, karena dia adalah surga dan nerakamu," sabda beliau. (HR. Ibnu
Abi Syaibah dan selainnya, dishahihkan sanadnya oleh Asy-Syaikh Al- Albani
rahimahullah dalam Adabuz Zifaf, hal. 179)
Artinya, hadits ini bukan berbicara soal bahwa kebutuhan
seks yang wajib dipenuhi oleh pasangan itu hanyalah kebutuhan suami saja. Ini
terkait soal kewajiban istri patuh pada suami dalam hal yang dihalakan oleh
Allah.
Berikut ciri-ciri istri shalihah berdasarkan Al-qur'an dan
Hadits:
1. Patuh dan taat kepada suaminya.
Apapun titel, pekerjaan, pangkat dan kedudukan sang istri,
di dalam rumah tangganya, ia wajib patuh dan taat kepada suaminya. Patuh dan taat
dalam konteks ini, yaitu dalam batas-batas yang tidak menyimpang dari ajaran
agama atau selama suaminya masih menjalankan ketentuan-ketentuan Allah.
Perintah taat kepada suami, dinyatakan Allah:
"Laki-laki adalah pemimpin atas perempuan-perempuan karena
Allah telah melebihkan sebagian mereka [laki-laki] atas sebagian yang lain
[perempuan] dan dengan sebab sesuatu yang telah mereka [laki-laki] nafkahkan
dari harta-hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shaleh ialah yang taat lagi
memelihara diri dibalik belakang suaminya sebagaimana Allah telah memelihara
dirinya." [QS. 4:34]
2. Penuh kasih sayang selalu kembali kepada suaminya dan
mencari maafnya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri
kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak
anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia
mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya
berkata: "Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha." (HR. An-Nasai
dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy- Syaikh Al
Albani rahimahullah, no. 287)
3. Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti
menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yang semacamnya.
Berkhidmat kepada suami ini telah dilakukan oleh
wanita-wanita utama lagi mulia dari kalangan shahabiyyah, seperti yang
dilakukan Asma' bintu Abi Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu 'anhuma yang berkhidmat
kepada Az-Zubair ibnul Awwam radhiallahu 'anhu, suaminya. Ia mengurusi hewan
tunggangan suaminya, memberi makan dan minum kudanya, menjahit dan menambal
embernya, serta mengadon tepung untuk membuat kue. Ia yang memikul biji-bijian
dari tanah milik suaminya sementara jarak tempat tinggalnya dengan tanah
tersebut sekitar 2/3 farsakh1. (HR. Bukhari no. 5224 dan Muslim no. 2182)
Demikian pula khidmatnya Fathimah bintu Rasulillah
Shallallahu 'alaihi wa sallam di rumah suaminya, Ali bin Abi Thalib radhiallahu
'anhu, sampai-sampai kedua tangannya lecet karena menggiling gandum. Ketika
Fathimah datang ke tempat ayahnya untuk meminta seorang pembantu, sang ayah
yang mulia memberikan bimbingan kepada yang lebih baik: "Maukah aku
tunjukkan kepada kalian berdua apa yang lebih baik bagi kalian daripada seorang
pembantu? Apabila kalian mendatangi tempat tidur kalian atau ingin berbaring,
bacalah Allahu Akbar 34 kali, Subhanallah 33 kali, dan Alhamdulillah 33 kali.
Ini lebih baik bagi kalian daripada seorang pembantu." (HR. Al-Bukhari no.
6318 dan Muslim no. 2727)
4. Tidak memberikan Kemaluannya kecuali kepada suaminya.
"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina,
maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah
belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah,
jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan)
hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman."
(an-Nuur: 2-3).
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina
itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk,"
(al-Israa': 32)
"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain
beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang
melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni)
akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam
azab itu, dalam keadaan terhina," (al-Furqaan: 68-69).
"Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan
yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan
Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh
anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan
kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah
janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka.
Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang," (al-Mumtahanah:
12).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah
SAW. bersabda,
"Tiga jenis orang yang Allah tidak mengajak berbicara
pada hari kiamat, tidak mensucikan mereka, tidak melihat kepada mereka, dan
bagi mereka adzab yang pedih: Orang yang berzina, penguasa yang pendusta, dan
orang miskin yang sombong," (HR Muslim no.107).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rauslullah
SAW. bersabda,
"Tidaklah berzina seorang pezina saat berzina sedang ia
dalam keadaan mukmin,"
Masih diriwayatkan darinya dari Nabi SAW. beliau
bersabda:
"Jika seorang hamba berzina maka keluarlah darinya
keimanan dan jadilah ia seperti awan mendung. Jika ia meninggalkan zina maka
kembalilah keimanan itu kepadanya," (Shahih, HR Abu Dawud no.4690).
Diriwayatkan dari al-Miqdad bin al-Aswad r.a, ia berkata,
Rasulullah SAW. bersabda kepada para sahabatnya:
"Bagaimana pandangan kalian tentang zina?" Mereka
berkata, "Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkannya maka ia haram sampai
hari kiamat." Beliau bersabda, "Sekiranya seorang laki-laki berzina
dengan sepuluh orang wanita itu lebih ringan daripada ia berzina dengan isteri
tetangganya,"(Shahih, HR Bukhari dalam Adabul Mufrad no.103).
5. Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yang
berkenaan dengan hubungan intim antara dia dan suaminya.
"Asma' bintu Yazid radhiallahu 'anha menceritakan dia
pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika itu kaum
lelaki dan wanita sedang duduk. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya:
"Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya
dengan istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang
mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama suaminya?" Maka mereka semua
diam tidak ada yang menjawab. Aku (Asma) pun menjawab: "Demi Allah! Wahai
Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian
pula mereka (para suami)." Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan
jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya
sementara manusia menontonnya." (HR. Ahmad 6/456, Asy-Syaikh Al Albani
rahimahullah dalam Adabuz Zafaf (hal. 63) menyatakan ada syawahid (pendukung)
yang menjadikan hadits ini shahih atau paling sedikit hasan)
6. Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan
suaminya sehingga bila suaminya memandang akan menyenangkannya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik
perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan
menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi si istri
ini akan menjaga dirinya". (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil
rahimahullah berkata dalam Al-Jami'ush Shahih 3/57: "Hadits ini shahih di
atas syarat Muslim.")
7. Ketika suaminya sedang berada di rumah (tidak
bepergian/ safar), ia tidak menyibukkan dirinya dengan melakukan ibadah sunnah
yang dapat menghalangi suaminya untuk istimta' (bernikmat-nikmat) dengannya
seperti puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah)
sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya".
(HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)
8. Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak
melupakan kebaikannya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
bersabda:
"Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati
kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur." Ada yang bertanya
kepada beliau: "Apakah mereka kufur kepada Allah?" Beliau menjawab:
"Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya.
Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara
mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak
berkenan baginya) niscaya dia berkata: "Aku tidak pernah melihat darimu
kebaikan sama sekali." (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)
9. Bersegera memenuhi ajakan suami untuk memenuhi
hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan yang syar'i, dan tidak menjauhi tempat
tidur suaminya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah
seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak
(enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha
padanya." (HR. Muslim no.1436)
10. Melegakan hati suami bila dilihat.
Rasulullah SAW. bersabda:
"Bagi seorang mukmin laki-laki, sesudah takwa kepada
Allah SWT, maka tidak ada sesuatu yang paling berguna bagi dirinya, selain
istri yang shalehah. Yaitu, taat bila diperintah, melegakan bila dilihat, ridha
bila diberi yang sedikit, dan menjaga kehormatan diri dan suaminya, ketika
suaminya pergi." (HR Ibnu Majah).
11. Amanah.
Rasulullah bersabda:
"Ada tiga macam keberuntungan (bagi seorang
lelaki), yaitu: pertama, mempunyai istri yang shalehah, kalau kamulihat
melegakan dan kalau kamu tinggal pergi ia amanah serta menjaga kehormatan
dirinya dan hartamu …" (HR Hakim).
12. Istri shalehah mampu memberikan suasana teduh dan
ketenangan berpikir dan berperasaan bagi suaminya.
Allah SWT berfirman,
"Di antara tanda kekuasaan-Nya, yaitu Dia menciptakan
pasangan untuk diri kamu dari jenis kamu sendiri, agar kamu dapat memperoleh
ketenangan bersamanya. Sungguh di dalam hati yang demikian itu merupakan
tanda-tanda (kekuasaan) Allah bagi kaum yang berpikir." (QS Ar Rum [30]:
21).
--Dari berbagai sumber
Sent from my iPhone
0 comments: